Tidak Ada Lagi Penerbangan Domestik di Bandara Kertajati: Tantangan dan Masa Depan Bandara Kebanggaan Jawa Barat

pttogel Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati yang digadang-gadang menjadi proyek strategis nasional dan pintu gerbang baru penerbangan dari dan ke Jawa Barat kini menghadapi kenyataan pahit. Seluruh penerbangan domestik resmi dihentikan dan tidak lagi beroperasi dari bandara yang terletak di Kabupaten Majalengka tersebut. Kebijakan ini menimbulkan pertanyaan besar dari publik tentang keberlanjutan bandara yang pernah dibanggakan sebagai masa depan transportasi udara Jawa Barat.

Latar Belakang Pemberhentian Penerbangan Domestik

Penghentian seluruh penerbangan domestik di BIJB bukan terjadi tanpa alasan. Ada sejumlah faktor yang memengaruhi keputusan ini, di antaranya adalah rendahnya tingkat keterisian penumpang (load factor), keterbatasan jumlah armada yang tersedia dari maskapai, serta lokasi bandara yang relatif jauh dari pusat aktivitas masyarakat Jawa Barat seperti Bandung, Cirebon, dan Tasikmalaya.

Maskapai seperti Lion Air, Citilink, dan Super Air Jet, yang sebelumnya sempat melayani rute-rute domestik dari Kertajati seperti Medan, Denpasar, dan Balikpapan, secara bertahap menarik kembali armadanya. Mereka lebih memilih fokus pada bandara dengan okupansi tinggi, seperti Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang, karena secara operasional lebih menguntungkan.

Realita Operasional Bandara Saat Ini

Meskipun penerbangan domestik sudah tidak ada, BIJB Kertajati masih beroperasi, namun dalam kapasitas yang terbatas. Saat ini, bandara hanya melayani satu rute penerbangan internasional ke Singapura. Selain itu, bandara juga tetap digunakan untuk kepulangan jemaah haji asal Jawa Barat yang dijadwalkan bertahap hingga pertengahan Juli. Aktivitas penerbangan lain seperti kargo atau pesawat charter bersifat sporadis dan belum menjadi sumber pendapatan utama.

baca juga: pendapatan-toko-kopi-ini-tembus-rp-1-triliun-kisah-sukses-di-balik-cangkir-kopi

Operasional bandara tetap berjalan dengan dukungan dari pemerintah daerah dan pengelola bandara. Fasilitas, personel, dan layanan darat masih dijaga agar tetap siap sedia menerima penerbangan sewaktu-waktu. Namun demikian, situasi ini tentu jauh dari harapan semula saat bandara ini dibangun dengan harapan mengurangi beban Bandara Husein Sastranegara dan Soekarno-Hatta.

Dampak Ekonomi dan Sosial

Penutupan layanan domestik berdampak signifikan bagi perekonomian sekitar bandara. Banyak pelaku usaha kecil yang sebelumnya menggantungkan hidup dari aktivitas bandara kini harus kehilangan sumber penghasilan. Hotel, rumah makan, transportasi lokal, dan pelaku UMKM di kawasan Majalengka dan sekitarnya turut merasakan penurunan drastis aktivitas.

Secara fiskal, Pemerintah Provinsi Jawa Barat pun turut menanggung beban keuangan. Penyertaan modal kembali harus diberikan untuk menjaga keberlangsungan BIJB. Beban ini bisa menjadi tekanan tersendiri di tengah keterbatasan anggaran dan kebutuhan pembangunan lainnya yang lebih mendesak.

Evaluasi dan Tantangan Lokasi

Lokasi BIJB yang berada cukup jauh dari kota-kota besar seperti Bandung dan Cirebon menjadi tantangan utama. Akses jalan tol menuju bandara memang tersedia, namun waktu tempuh tetap menjadi penghalang bagi banyak calon penumpang. Ketiadaan sarana transportasi publik massal seperti kereta bandara turut memperparah kondisi ini. Banyak masyarakat merasa bahwa menggunakan Bandara Soekarno-Hatta masih lebih praktis, meskipun jaraknya lebih jauh.

Kondisi geografis yang awalnya dianggap strategis karena berada di tengah-tengah wilayah Jawa Barat kini menjadi pertimbangan ulang. Tanpa konektivitas yang mumpuni, lokasi yang jauh justru menjadi hambatan daripada keunggulan.

Upaya Pemulihan dan Harapan ke Depan

Meski kondisi saat ini terbilang stagnan, harapan untuk menghidupkan kembali BIJB belum sepenuhnya padam. Pemerintah daerah dan pengelola bandara tengah menyusun sejumlah strategi untuk memulihkan aktivitas bandara. Beberapa rencana jangka menengah dan panjang yang tengah dibahas antara lain:

  1. Meningkatkan Rute Internasional
    Menarik maskapai asing untuk membuka rute ke negara-negara Asia Tenggara atau Timur Tengah yang memiliki hubungan erat dengan Indonesia, baik dari sisi bisnis maupun keagamaan seperti perjalanan umrah dan haji.

  2. Meningkatkan Aksesibilitas
    Mempercepat pembangunan dan integrasi transportasi publik menuju bandara, seperti koneksi dengan jalur kereta cepat atau kereta api reguler, serta penyediaan layanan bus bandara dari kota-kota besar di Jawa Barat.

  3. Mengembangkan Fungsi Alternatif
    Menjadikan BIJB sebagai pusat logistik, perawatan pesawat (MRO), dan pelatihan penerbangan. Diversifikasi fungsi ini dapat membantu menjaga keberlangsungan operasional bandara tanpa tergantung pada penerbangan penumpang saja.

  4. Insentif untuk Maskapai dan Penumpang
    Memberikan dukungan berupa subsidi biaya operasional maskapai, potongan harga, dan promosi khusus kepada penumpang yang terbang melalui Kertajati untuk menarik minat kembali.

Penutup

Kisah Bandara Kertajati mencerminkan kompleksitas pembangunan infrastruktur berskala besar. Meski dibangun dengan visi jangka panjang, realita di lapangan menunjukkan bahwa perencanaan yang tidak terintegrasi dan kurangnya konektivitas dapat menyebabkan aset besar menjadi kurang optimal. Penghentian seluruh penerbangan domestik bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah sinyal bahwa revisi strategi dan pendekatan baru sangat dibutuhkan.

Kini, tugas berat ada di pundak pemerintah daerah dan pusat untuk menghidupkan kembali bandara yang dulu diproyeksikan sebagai simbol kemajuan Jawa Barat. Apakah BIJB Kertajati akan bangkit dan berjaya, atau justru menjadi monumen bisu dari proyek ambisius yang gagal? Waktu yang akan menjawabnya.

sumber artikel: www.xfsuf.com

By admin

Related Post