Trump Murka ke BRICS, Ancam Tarif 10%: Indonesia Jadi Korban di Awal Keanggotaan?

Kabar mengejutkan datang dari dunia internasional. pttogel Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali membuat gebrakan dengan menyatakan kemarahannya terhadap aliansi ekonomi BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa) yang kini diperluas dengan anggota baru, termasuk Indonesia. Dalam pernyataannya baru-baru ini, Trump mengancam akan memberlakukan tarif dagang sebesar 10% terhadap seluruh negara anggota BRICS apabila ia kembali terpilih sebagai Presiden AS pada pemilu mendatang.

Pernyataan keras ini langsung menjadi sorotan global, terutama karena datang di tengah momentum penting: Indonesia baru saja secara resmi diterima sebagai anggota penuh BRICS. Bergabungnya Indonesia dipandang sebagai langkah strategis untuk memperluas pengaruh di panggung ekonomi dunia dan memperkuat kerja sama dengan negara-negara berkembang lainnya. Namun, ancaman Trump dikhawatirkan bisa menjadi pukulan telak bagi langkah awal Indonesia di organisasi tersebut.


Apa yang Sebenarnya Membuat Trump Marah?

Donald Trump dikenal dengan pendekatan proteksionis terhadap kebijakan luar negeri dan ekonomi. Dalam wawancaranya dengan media konservatif Amerika, Trump menuding BRICS sebagai “aliansi ekonomi anti-Amerika” yang berupaya mengurangi dominasi dolar dan menciptakan tatanan ekonomi baru yang merugikan AS.

BRICS selama ini memang gencar mengkampanyekan penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan internasional antar anggotanya, serta memperkuat sistem keuangan sendiri lewat New Development Bank (NDB) yang dipandang sebagai alternatif dari institusi Barat seperti IMF dan Bank Dunia. Langkah-langkah ini dianggap Trump sebagai ancaman langsung terhadap kekuatan ekonomi AS.

Trump menyatakan bahwa jika BRICS semakin besar dan kuat, maka perusahaan-perusahaan Amerika akan mengalami kerugian dalam persaingan global. Oleh karena itu, ia mengusulkan kebijakan balasan berupa tarif impor minimum 10% untuk seluruh negara anggota BRICS, termasuk Indonesia.


Indonesia Baru Gabung, Sudah Kena Ancaman

Indonesia secara resmi diumumkan sebagai anggota baru BRICS dalam KTT terakhir yang digelar di Rusia. Keputusan ini merupakan hasil lobi panjang dari pemerintah Indonesia yang melihat potensi besar BRICS sebagai kekuatan ekonomi multipolar. Dengan bergabung, Indonesia berharap bisa memperkuat kerja sama perdagangan, investasi, energi, dan pembangunan infrastruktur.

Namun, belum genap sebulan sejak pengumuman resmi, Indonesia langsung dihadapkan pada ancaman serius dari Trump. Padahal, hubungan dagang Indonesia-AS selama ini cukup stabil. Amerika merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia, terutama untuk sektor manufaktur, tekstil, elektronik, hingga produk pertanian.

Ancaman tarif 10% ini tentu bisa berdampak signifikan pada ekspor Indonesia ke AS. Banyak pengusaha khawatir, jika benar diberlakukan, tarif ini akan membuat produk Indonesia tidak lagi kompetitif di pasar Amerika.


Respon Pemerintah Indonesia

Menanggapi ancaman ini, Kementerian Luar Negeri RI menyatakan bahwa Indonesia tetap menjunjung prinsip hubungan dagang yang adil dan saling menguntungkan. Pemerintah menyayangkan retorika politik yang bisa mengganggu stabilitas ekonomi global.

baca juga: 6-pembunuh-notaris-wanita-di-citarum-ditangkap-salah-satunya-sopir-korban

Sementara itu, Kementerian Perdagangan RI tengah melakukan kajian dampak potensial dari kebijakan tarif AS tersebut terhadap sektor ekspor dalam negeri. Pemerintah juga mulai menjajaki diversifikasi pasar ekspor agar tidak terlalu tergantung pada satu negara tujuan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian juga mengingatkan bahwa ancaman tarif dari Trump masih bersifat politis, mengingat pemilu AS baru akan digelar tahun depan. “Kita tetap fokus pada penguatan kerja sama di BRICS dan perluas akses pasar ke berbagai negara lain,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta.


BRICS Mengancam Dominasi Barat?

Ancaman Trump terhadap BRICS juga memunculkan perdebatan lebih luas mengenai masa depan tatanan ekonomi global. BRICS kini sudah berkembang menjadi kekuatan ekonomi besar dengan kontribusi terhadap PDB global yang terus meningkat.

Dengan masuknya anggota-anggota baru seperti Indonesia, Mesir, Ethiopia, dan Arab Saudi, BRICS semakin mengukuhkan diri sebagai koalisi ekonomi Global South yang ingin mengimbangi dominasi ekonomi Global North yang dipimpin oleh AS dan Uni Eropa.

Banyak pihak melihat BRICS sebagai peluang untuk menciptakan dunia yang lebih seimbang secara ekonomi. Namun, pihak-pihak seperti Trump menganggapnya sebagai ancaman yang harus dilawan dengan kebijakan agresif.


Kesimpulan: Indonesia Harus Waspada dan Adaptif

Ancaman Trump menjadi sinyal awal bahwa dinamika geopolitik dan ekonomi global ke depan tidak akan mudah, terutama bagi negara-negara yang sedang naik daun seperti Indonesia. Langkah bergabung ke BRICS mungkin membuka banyak peluang baru, tapi juga datang dengan risiko dan tantangan besar.

Indonesia perlu memainkan peran diplomatik yang cerdas, memperkuat fondasi ekonomi domestik, dan terus membangun kemitraan strategis dengan berbagai pihak. Dengan demikian, ancaman seperti tarif 10% tidak menjadi pukulan, tapi justru pemicu untuk menjadi lebih mandiri dan kuat dalam kancah ekonomi global.

sumber artikel: www.xfsuf.com

By admin

Related Post